23 Desember 2008

Antologi Puisi 1

Asep Saefullah

ARAFAH

Mata-mata gelap

Melumat lelap jutaan manusia

Saat arafah tiba

Di sini aku sendiri

Menekuri

Hati dengan lumuran dosa sepanjang hayat

GelapMu Tuhan yang menjadikan setitik cahaya begitu berarti

heningMu Tuhan yang memaksaku mendengar lirih di kedalaman nurani

Subhanallah

Tiba-tiba aku terdampar di arafah

Menyatu dengan berjuta manusia mengagungkanmu

Masyaallah

Aku kini begitu kecil

Terus mengecil dilingkaran sejadahmu

Lusuh dan ku basuh mukaku

Menegadah mengemis kasih sayingmu

Arafah…..

Tolong sambut aku di pestamu

Untuk malam ini saja

Arafah…

Lumat aku dalam pusaran gema pujianmu

Arafah….

Ini arafahmu, malammu, harimu

Arafah…

Ini nikmatmu, karuniamu, kasih sayangmu

Arafah…

Aku satang menjengukmu

(19;12;2007;at02.58am)

DA – RA!

(DemokrAsi – ReformAsi)

Oleh : 2nd H *

Aksi…….

Orasi………

Demontrasi….


Terus diadakan

Terus dilakukan

Terus dilaksanakan

Terus terjadi

Menginginkan………………


Perubahan sistem

Menuju

Perubahan orang-orang

Orang yang belum korupsi

Untuk korupsi

Orang yang belum masuk gedung KPK

Untuk disidik KPK

Orang yang belum masuk penjara

Untuk terdaftar sebagai anggota narapidana


Anak Pertiwi inilah yang telah

Membohongimu, Menghianatimu, Mendustaimu dan Membunuhmu

DARA.


Maafkan DARA Ibu Pertiwi

Atas rusaknya Negeri ini.

Sumenep, 00.30 wib, 20 Nov 2008

* Hasdani Roi, Pengurus Cabang PMII Sumenep masa Bhakti 2008-2009

Pasuruan 16 September 2008

Oleh : 2nd H *

Hari itu langit berubah tujuh rupa

Bumi Indonesia menjadi tujuh warna

Tangan-tangan menjulur menengadah

Si kecil dalam tangis kelaparan

Pasuruan 16 September

Si renta, Sekarat, Terinjak, Tertindas

Meraung, Menangis langit waktu itu

Zakat dan kematian

Menjadi lagu lama sejarah kita

Indonesiaku

mengapa bergini

Selalu saja derita di pundakmu

Hingga air mata mengkristal

Menjadi bau kemenyan

Menjadi kapas dan kafan

Bukankah ini takdir

Namun tidak sebenarnya

Hanya semua terlena dalam kesombongan sejati

Pasuruan 16 september

Luka-luka anak Indonesia

Yang lara semakin menjadi

Menjadi korban kelaparan

Tangis dan doa

Mengiringi kepersemayamannya

Menuju cinta abadi

Robbul izzaty

Ini adalah cerita basi

Tentang Indonesia

Sumenep 17 September 2008

* Hasdani Roi, Pengurus Cabang PMII Sumenep Masa Bhakti 2008-2009

Puisi Mahfudah

Dunia Kemana

Ketika dunia zone melebar

Entah dunia kan menangis?

Inilah akhir dunia keajaibanMU

Cahaya tak lagi bersahabat

Mayapada tak lagi kompromi

Kezaliman yang meraja

Bahwa hidup tak lagi bersahaja

Sejenak berakhir dengan tangis

Jerit dan ratapan tak berdosa

Dunia …

Mampukan kau tersebyum

Dikala hijau alam bukanlah harapan

Melainkan kejayaan yang kian sirna

Juli 2008

Mahfudah, lahir 14 Juni 2009. Terlahir di desa Bragung. Sejak kecil senang menulis puisi. Puisinya sudah tersebar di berbagai media local di tempatnya belajar, PPA Guluk-Guluk, Sumenep

1 komentar: