Asep Saefullah
Mata-mata gelap
Melumat lelap jutaan manusia
Saat arafah tiba
Di sini aku sendiri
Menekuri
Hati dengan lumuran dosa sepanjang hayat
GelapMu Tuhan yang menjadikan setitik cahaya begitu berarti
heningMu Tuhan yang memaksaku mendengar lirih di kedalaman nurani
Subhanallah
Tiba-tiba aku terdampar di arafah
Menyatu dengan berjuta manusia mengagungkanmu
Masyaallah
Aku kini begitu kecil
Terus mengecil dilingkaran sejadahmu
Lusuh dan ku basuh mukaku
Menegadah mengemis kasih sayingmu
Arafah…..
Tolong sambut aku di pestamu
Untuk malam ini saja
Arafah…
Lumat aku dalam pusaran gema pujianmu
Arafah….
Ini arafahmu, malammu, harimu
Arafah…
Ini nikmatmu, karuniamu, kasih sayangmu
Arafah…
Aku satang menjengukmu
(DemokrAsi – ReformAsi)
Orasi………
Demontrasi….
Terus diadakan
Terus dilakukan
Terus dilaksanakan
Terus terjadi
Menginginkan………………
Perubahan sistem
Menuju
Perubahan orang-orang
Orang yang belum korupsi
Untuk korupsi
Orang yang belum masuk gedung KPK
Untuk disidik KPK
Orang yang belum masuk penjara
Untuk terdaftar sebagai anggota narapidana
Anak Pertiwi inilah yang telah
Membohongimu, Menghianatimu, Mendustaimu dan Membunuhmu
DARA.
Maafkan DARA Ibu Pertiwi
Atas rusaknya Negeri ini.
Sumenep, 00.30 wib, 20 Nov 2008
Oleh : 2nd H *
Hari itu langit berubah tujuh rupa
Bumi Indonesia menjadi tujuh warna
Tangan-tangan menjulur menengadah
Si kecil dalam tangis kelaparan
Pasuruan 16 September
Si renta, Sekarat, Terinjak, Tertindas
Meraung, Menangis langit waktu itu
Zakat dan kematian
Menjadi lagu lama sejarah kita
Indonesiaku
mengapa bergini
Selalu saja derita di pundakmu
Hingga air mata mengkristal
Menjadi bau kemenyan
Menjadi kapas dan kafan
Bukankah ini takdir
Namun tidak sebenarnya
Hanya semua terlena dalam kesombongan sejati
Pasuruan 16 september
Luka-luka anak Indonesia
Yang lara semakin menjadi
Menjadi korban kelaparan
Tangis dan doa
Mengiringi kepersemayamannya
Menuju cinta abadi
Robbul izzaty
Ini adalah cerita basi
Tentang Indonesia
Sumenep 17 September 2008
* Hasdani Roi, Pengurus Cabang PMII Sumenep Masa Bhakti 2008-2009
Puisi Mahfudah
Dunia Kemana
Ketika dunia zone melebar
Entah dunia kan menangis?
Inilah akhir dunia keajaibanMU
Cahaya tak lagi bersahabat
Mayapada tak lagi kompromi
Kezaliman yang meraja
Bahwa hidup tak lagi bersahaja
Sejenak berakhir dengan tangis
Jerit dan ratapan tak berdosa
Dunia …
Mampukan kau tersebyum
Dikala hijau alam bukanlah harapan
Melainkan kejayaan yang kian sirna
Mahfudah, lahir 14 Juni 2009. Terlahir di desa Bragung. Sejak kecil senang menulis puisi. Puisinya sudah tersebar di berbagai media local di tempatnya belajar, PPA Guluk-Guluk, Sumenep
PMII BANGSAT....................!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapus