DA - RA
(DemokrAsi – ReformAsi)
Oleh : 2nd H *
Aksi……
Orasi………
Demontrasi….
Terus di adakan
Terus di lakukan
Terus dilaksanakan
Terus terjadi
Menginginkan………………
Perubahan sistem
Perubahan orang-orang
Orang yang belum korupsi
Untuk korupsi
Orang yang belum masuk gedung KPK
Untuk disidik KPK
Orang yang belum masuk penjara
Untuk terdaftar sebagai anggota narapidana
Anak Pertiwi inilah yang telah
Membohongimu, Menghianatimu, Mendustaimu dan Membunuhmu
DARA.
Maafkan DARA ibu pertiwi
Atas rusaknya Negeri ini.
Sumenep, 00.30 wib, 20 Nov 2008
* Hasdani Roi
SAJAK SU. SU.AIDI SAYFI’IE*
TAMAN
“Barangkali dia bukan pacar setia kawan,. Setelah lepas tanagan sebelum senja kali ini”
aku bukan lelaki angkuh, tidak seperti matahari di atas gentingmu ketika terik
atau bara api yang berkobar sedemikian mencekik, kemudian menyentuh
mengjaka perang pada daun atau dahan pohon kering, yang sebelumnya
memang telah lama kelaparan, karena memang betul, yang ternyata sarapannya
telah di curi habis di musim kemarau.
“di restoran sana, meja-meja berjajar rapi” katamu
memesona hati untuk merangkuhnya, apalagi ketika di tambah
menu masakan beranika warna, ada yang hitam pekat,abu-abu,
biru langit, hijau daun belada dan ada pula yang berwarna merah saga
O,iya ketika telah lupa ternyata disana ada yang berwarna jingga.
Semerah dagin kita, atau jangan-jangna itu memang daging kita
Ayang tersayat tatkala kita terperangah dan lupa, lupa paa derik pintu
Ketika mereka buka dengan sdemikian rupa, atau di saat pintu lemari
Dengan lengahnya kita tidak mengunci.
Tidak! Itu bukan alas an tentang berita kehilangan! Karena merka sengaja
Untuk memiliki lalu di letakkan ke kantongnya yang tak ada isi,
Atau kalau masih muat terkadang merka memasukkan ke saku kosong saepi
“memang hutan tak seluas alasan” kata besit hati pelan dalam kertas sunyi,
tapi aku kini yang demikian tawakkal, lagu dan renadah hati
yang di buat sengaja di jadikan mainan oleh merka,katku lagi
padahal semua itu adalah memilikku satu-satunya yang akau punya,
san kata dokter malikat, tidak boleh tersobek walau hanya sekarat daging
sebab betapa besar sakit tubuh ketika sesuit punggung telah di curi
tampa sepengetahuan aku pemilik peribadi, kemudian, kemudian bagaimana duduknya aku ini
“barangkali dia bukan pacar setia, ketika melepas jemarimu sebelum senja itu tiba”
sebab aku bukan lelaki pencuri, tidak seoerti meraka
Wajah Yang Samar
Oleh : Iswatul khomsah
Jika ku robek segumpalan kabut
Yang menutup pada sinar rembulan
Maka wajah sang pengharap
Hanya tersenyum dengangan kemunafikan
Asing rupamu sudah tak menuai anggur
Di dalam kedalaman pencinta dan mimpi
Tersebab senyum sebagai ulasan
Pada bili tersembunyi
Cobalah kau rapatkan dengan cermin
Agar terlihat jelas dalam warna
Tersebab kepulihanmu asaku
Dan hilangku kelemahanmu.
** Pojok STIK@, 22 Januari 2008.
KEMARAU HATIKU
Oleh : Hur Hidayati
Kemarau Hatiku,
Kemarau
Kering kering Aaah, Air-Mu tak Jelma
Air-Mu Tak Jelma
Kemarau hatiku,
Kemarau
Kerontang
Kerontang
Aaah, daundaunnya ranggas
Daundaunnya terserak
Tercecer di tanah-Mu
Tercecer di Tanah-Mu
Adalah
ia menyusup
berburu Rindu
Adalah Air di jiwa bendus
Tak settikp[un ada riak.
BERKELANA DALAM LUKISAN SEJARAH
Oleh: Dedy Eko Reyady
Kaki ini melangkah dengan setatus makna tak terjawab
Mengitari fajar
Yang menaburkan Aroma jiwa
Aku tak percaya langkah ini
Akan membawaku pada sejarah yang ku impi
Sejarah yang membuatku dapat membaca
Hasrat alam semesta
Inilah janji impian yang selalu ku nanti dalam jiwa yang kering.
Aku terkejut dalam nyata yang di hiasi oleh impian
Tatkala kau lemparkan senyum pada diri yang haus akan air mata sucimu
Senyummu telah membuat hati ini hidup kembali
Tatapan wajahmu telah menyuburkan jiwa yang kerontang
Inilah titik kesempurnaan yang ku nanti selama kau pergi
Dalam hidupku
Kepergianmu meninggalkan lukisan sejarah yang tak terhapus
Oleh tetesan bening batu pualam
Yang memancar dari birunya langit
Sinar rembulan meneteskan air kerinduan hingga membisu dalam ruang dan waktu
Tapi dengan satu pertemuan itu, kau telah membuat dedaunan dan ombak mengajakku bernyanyi,bernyanyi dengan lagu yang tak ku kenal
Hamparan pasir dilautan
Gulungan ombk yang menari-nari
Serta hembusan angin laut
Menjadi bukti bisu ketika ku denganmu duduk bersama
Sambil berkelana mengintari lukisan sejarah yang pernah
Kita ukir bersama
Selasa, Juli 2008
Lagu kenangan untuk selatan
Oleh : Sumardono
Warna selatan berkelebat mendayu-dayu
Angin dan daun-daun kersen, pucuk-pucuk bambu dan udara membisu
Berselingkuh dalam deru.
Malam luruh, begitu damai siput kenangan merangkak kesamping
Bulan membawakanku puisi yang mancung seperti bukit merapi
Menyimpan lelendir darah waktu diluar, batu menimbun kelu air mata.
Aku membacamu seperti gunung hijau : batin mengadu kepedihan
Siapa di selatan menggisik biola masa lalu, mendayu-dayu
Gisikan dawai nurani yang pilu, seperti sayu badai di mataku
Mengetuk pintu mata hatiMu
19-20 Februari 2008
Tak pahamkan arti salewhen
Lalu kutulis puisi ini atas hati yang when salewhen,
Kala sebuah kejujuran taklagi menjadi mahkota mu
Kau membuatku salewen,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar